kamis kemarin kebetulan malam jumat, dimana hampir setiap musala dan masjid kampung di sana rutin diramaikan yang dengannya ritual yasinan dan tahlil warga. sebenarnya bukan Cuma di kampung itu, tapi hampir di setiap sudut kota, umat muslim juga melsayakan amalan serupa. tetapi di balik kekhusyukan warga kampung saradan, aroma lendir justru kental menempel di kampung itu.
saking di kenailnya, jangan heran jika kendaraan berplat b (jabodetabek) menanyakan nama kampung itu, maka mata warga yang melihat terasa penuh curiga. mereka semisal telah mafhum, jika si penanya pasti punya hajat buat menyalurkan syahwat. maklum di kampung itu terdapat prostitusi rumahan berisi para pelacur belia. usianya dari 16 hingga 20 tahun.
"kalo nanya kampung sini seluruh orang udah pada tahu sebab tidak sedikit kupu-kupu malamnya," kata pelacur belia berinisial y saat berbincang yang dengannya merdeka.com di sebuah cafe di kampung saradan, kecamatan pagaden, kamis malam pekan kemarin.
jalan menuju masuk desanya memanglah tak ramai. melintasi areal persawahan dan perumahan warga membuat kampung ini seolah jauh dari ingar bingar gemerlap dunia prostitusi. apalagi, jaraknya dari kota subang terbilang dekat, Cuma 15 menit. namun, di balik teduhnya desa ini para pemburu syahwat telah mafhum bila setiap rumah di sudut kampung itu menyediakan kawasan penyalur syahwat.